Tuesday 13 December 2011

Aksiologi

BAB I

PENDAHULUAN

Sebagai bagian dari filsafat, aksiologi secara formal baru muncul pada sekitar abad ke-19. Aksiologi mempunyai kaitan dengan axia yang berarti nilai atau berharga. Menurut Mautner (dalam Wiramihardja, 2006: 155), aksiologi mulai digunakan sebagaimana adanya saat ini oleh Lotze, Brentano, Husserl Scheeler dan Nicolai Hartmann. Dalam filsafat Yunani kuno, tema aksiologi lebih banyak berhubungan dengan masalah-masalah yang konkret, seperti api, udara dan air. Masalah nilai ini meliputi dua hal penting yaitu ada (being) dan nilai (value).

1.1 Latar Belakang

Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, social dan agama. Sistem mempunyai rancangan bagaimana tatanan, rancangan dan aturan sebagai satu bentuk pengendalian terhadap satu institusi dapat terwujud.

1. Menurut Richard Bender : Suatu nilai adalah sebuah pengalaman yang memberikan suatu pemuasan kebutuhan yang diakui bertalian dengan pemuasan kebutuhan yang diakui bertalian, atau yang menyummbangkan pada pemuasan yang demikian. Dengan demikian kehidupan yang bermanfaat ialah pencapaian dan sejumlah pengalaman nilai yang senantiasa bertambah.

2. Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, pada umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan. Di Dunia ini terdapat banyak cabang pengetahuan yang bersangkutan dengan masalah-masalah nilai yang khusus seperti epistimologis, etika dan estetika. Epistimologi bersangkutan dengan masalah kebenaran, etika bersangkutan dengan masalah kebaikan, dan estetika bersangkutan dengan masalah keindahan.

3. Secara historis, istilah yang lebih umum dipakai adalah etika (ethics) atau moral (morals). Tetapi dewasa ini, istilah axios (nilai) dan logos (teori) lebih akrab dipakai dalam dialog filosofis. Jadi, aksiologi bisa disebut sebagai the theory of value atau teori nilai. Bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan (means and ends). Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku etis. Ia bertanya seperti apa itu baik (what is good?). Tatkala yang baik teridentifikasi, maka memungkinkan seseorang untuk berbicara tentang moralitas, yakni memakai kata-kata atau konsep-konsep semacam “seharusnya” atau “sepatutnya” (ought / should). Demikianlah aksiologi terdiri dari analisis tentang kepercayaan, keputusan, dan konsep-konsep moral dalam rangka menciptakan atau menemukan suatu teori nilai.

4. Secara etimologis, istilah aksiologi berasal dari Bahasa Yunani Kuno, terdiri dari kata “aksios” yang berarti nilai dan kata “logos” yang berarti teori. Jadi aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai.

1.2 Identifikasi masalah

1. Apakah arti moral dan perkembangan ilmu itu sendiri

2. Bagaimana peranan moral dalam perkembangan ilmu

3. Apakah ilmu itu

4. Apakah tanggung jawab social itu

5. Bagaimana peranan tanggung jawab social dalam lingkungan

6. Seperti apa nuklir dan pilihan moral

7. Bagaimana peranan nuklir dalam pilihan itu sendiri

8. Seperti apakah Revolusi genetika itu

9. Apakah keterkaitan revolusi genetika dalam ilmu social.

10. Apa yang menjadi subyek moral dalam perkembangan ilmu.

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana peranan moral dalam perkembangan ilmu

2. Bagaimana peranan tanggung jawab social dalam lingkungan

3. Bagaimana peranan moral dalam nuklir.

4. Apakah revolusi genetika itu.

1.4 Tujuan Penulisan

Sebagaimana yang telah di uraikan sebelumnya, berdasarkan latar belakangdan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui arti aksiologi.

2. Untuk mengetahui rumusan masalah dan analisis dari aksiologi

3. Untuk membahas cara penyelesaian masalah atau soal dengan menggunakan rumusan yang terdapat pada makalah ini

4. Memberikan wawasan ilmu tentang Aksiologi

5. Untuk melengkapi tugas mata kuliah Filsafat Umum.

6. Untuk pengetahuan para pembaca

1.5 Sumber Pustaka

1. Jujun S. Suriasumantri

2. Drs. Burhanuddin Salam, M.M.

3. Drs. Maskoeri Jasin

4. Piotr Sztompku


BAB II

KONSEP DAN TEORI

2.1 Berdasarkan Konsep

· Subyektivitas yatu nilai sepenuhnya berhakekat subyektif. Ditinjau dari sudut pandang ini, nilai merupakan reaksi yang diberikan manusia sebagai pelaku dan keberadaannya tergantung dari pengalaman.

· Obyektivisme logis yaitu nilai merupakan kenyataan ditinjau dari segi ontologi, namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu.Nilai-nilai tersebut merupakan esensi logis dan dapat diketahui melalui akal.

· Obyektivisme metafisik yaitu nilai merupakan unsur obyektif yang menyusun kenyataan.Situasi nilai meliputi empat hal yaitu pertama, segi pragmatis yang merupakan suatu subyek yang memberi nilai. Kedua, segi semantis yang merupakan suatu obyek yang diberi nilai.

2.2 Berdasarkan Teori

· Objek Terbuka

menerima kritik, menerima pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggap benar dan berani mengakui kasalahan.

· Empiris

didefinisikan sebagai kualitas yang diketahui atau dapat diketahui melalui pengalaman. Sebagai contoh pengertian baik, artinya pengertian nilai.

· Nilai sebagai obyek Suatu

Kepentingan Seringkali orang tidak sepakat mengenai suatu nilai walapun nilai tersebut sudah jelas.

· Pragmatis Mengenai Pengetahuan

menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan bukanlah sesuatu yang dicari melainkan untuk ditemukan, Ilmu Pengetahuan bukanlah suatu kata benda atau kata sifat.

· Teori Evolusi

Ialah teori yang mengatakan bahwa manusia berasal dari binatang jelasnya dari kera.

BAB III
PEMBAHASAN


Pengertian Aksiologi

Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelediki hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan (Kattsoff: 1992). Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.

3.1 Moral dan Perkembangan Ilmu

Ilmu tidak saja menjelaskan gejala-gejala alam untuk pengertian dan pemahaman. Namun lebih jauh lagi bertujuan memanipulasi factor-faktor yang terkait dalam gejal;a tersebut untuk mengontrol dan mengarahkan proses yang terjadi. Misal, ilmu mengembangkan teknologi untuk mencegah banjir. Bertrand Russell menyebut perkembangan ini sebagi peralihan ilmu dari tahap kontemplasi ke manipulasi. Dalam tahap manipulasi inilah maka masalah moral muncul kembali namun dalam kaitan dengan factor lain. Kalau dalam tahap kontemplasi masalah moral bersangkutan dengan metafisika keilmuan maka dalam tahap manipulasi ini berkaitan dengan masalah cara penggunaan pengetahuan ilmiah atau secara filsafat dapat dikatakan, dalam tahap pengmbangan konsep terdapat masalah moral yang di tinjau dari segi ontology keilmuan sedangkan dalam tahap pengembangan konsep terdapat masalah moral ditinjau dari segi aksiologi keilmuan.

3.2 Tanggung Jawab Sosial Ilmuan

Etika keilmuan merupakan etika normatik yang merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional dan dapat diterapkan dalam ilmu pengetahuan. Tujuan etika keilmuan adalah agar seorang ilmuan dapat menerapkan prinsip-prinsip moral, yaitu yang baik dan menghindarkan dari yang buruk kedalam perilaku keilmuannya, sehingga ia dapat menjadi ilmuan yang mempertanggungjawabkan keilmuannya. Etika normative menetapkan kaidah-kaidah yang mendasari pemberian penilaian terhadap perbuataan-perbuatan apa yang seharusnya dikerjakan dan apa yang seharusnya terjadi serta menetapkan apa yang bertentangan apa yang seharusnya terjadi. Nilai dan norma yang harus berada pada etika keilmuan adalah nilai dan norma moral. Bagi seorang ilmuan nilai dan norma moral yang dimilikinya akan menjadi penentu, apakah ia sudah menjadi ilmuan yang baik atau belum. Tugas seorang ilmuan harus menjelaskan hasil penelitiannya sejernih mungkin atas dasar rasionalitas dan metidologis yang tepat agar dapat dipergunakan oleh masyarakat.

Di bidang etika tangguna jawab seorang ilmuan adalah bersifat objektif, terbuka, Nilai mempunyai bermacam makna seperti: mengandung nilai, yang artinya berguna merupakan nilai, yang artinya baik, benar atau indah mempunyai nilai yang artinya merupakan obyek keinginan, mempunyai kualitas yang dapat menyebabkan orang mengambil sikap menyetujui atau mempunyai sifat nilai tertentu memberi nilai, yang artinya menanggapi sesuatu sebagai hal yang diinginkan atau sebagai hal yang menggambarkan nilai tertentu Makna yang dikandung nilai tersebut menimbulkan tiga masalah yang bersifat umum, seperti: apakah yang dinamakan nilai itu? apakah yang menyebabkan bahwa suatu obyek atau perbuatan bernilai, dan bagaimanakah cara mengetahui nilai dapat diterapkan? Adapun kualitas empiris mengatakan bahwa baik merupakan pengertian yang bersahaja, namun tidak dapat diterangkan apakah baik itu. Pendefinisisan nilai juga didasarkan pada hal-hal lain, seperti rasa nikmat atau kepentingan. Nilai tidak dapat didefinisikan maksudnya nilai-nilai tidak dapat dipersamakan dengan pengertian-pengertian yang setara.

Proses dalam membina kesadaran social keilmuan

a. Proses social itu disadari, diduga dan di harapkan dengan menggunakan istilah merton (1968 : 73) proses ini disebut proses yang kentara (manifest).

b. Proses social keilmuan mungkin takdisadari, tak diduga, dan tak diharapkan. Disebut proses laten.

c. Proses ini terjadi menduga arahnya dan mengharapkan dampak khusus, namun semua dugaan itu keliru samasekali disebut proses bomerang.[1]

3.3 Nuklir dan Pilihan Moral

Albert Einstein menulis surat kepada presiden Amerika Serikat Franklin D.Roosevelt yang memuat rekomendasi mengenai serangkaian kegiatan yang kemudian mengarahkan kepada pembuatan bom atom. Dengan alasan Einstein untuk menulis surat tersebut secara eksplisit juga termuat dalam surat kepada presiden Roosevelt dimana dia mengemukakan kekhawatirannya mengenai kemungkinan pembuatan bom oleh Nazi.[2]

Reaksi nuklir ada dua jenis yaitu pemecahan dan penggabungan. PLTN yang sekarang ada menggunakan reaksi nuklir pemecahan dengan bahan bakar uranium. Sedangkan penggabungan reaksi nuklir penggabungan dengan menggunakan bahan bakar hydrogen yang di gabungkan menjadi helium masih dalam taraf eksperimen. Hasil reaksi nuklir yang berupa helium diperkirakan tidak berbahaya. Hal ini berbeda dengan reaksi nuklir pemecahan dengan bahan bakar uranium yang menghasilkan plutonium yang radioaktif dan berbahaya.[3]

Pengaruh Radiasi Nuklir terhadap Mahluk Hidup

a. Kematian

Sifat dapat mematikan dari sinar radioaktif dapat digunakan untuk pemberantasan hama.

b. Hambatan Pertumbuhan

Sifat menhambat pertumbuhan atau pertunasa itu dapat digunakan untuk menyimpan umbi , batang dan sebagainya dalam tempat penyimpan

c. Perubahan sifat-sifat genetis

Dalam genitika kita mengetahui bahwa sifat-sifat makhluk hidup itu bersumber dari kromosom atau gen yang terdapat di dalam inti sel.[4]

3.4 Revolusi Genetika

Revolusi Genetika merupakan babakan baru dalam sejarah keilmuan sebab sebelum ini ilmu tidak pernah menyentuh manusia sebagai objek penalahaan itu sendiri. Ilmu berfungsi sebagai pengetahuan yang membatu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Dan tujuan hidup itu sendiri berkaitan erat dengan hakekat manusia yang bersifat otonom yang terlepas dari kajian dan pengaruh ilmiah. Analisis substansi ialah jalan pikiran yang mampu memberikan manusia jaminan akan berbahagia. Ilmu tidak bersifat apriori (sebelumnya) tetapi bersifat apostiori (sesudahnya).[5]


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelediki hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Dalam arti tertentu, jika nilai merupakan esensi yang dapat ditangkap secara langsung, maka sudah pasti hubungan antara nilai dengan eksistensi merupakan bahan yang sesuai benar bagi proses pemberian tanggapan dan memberikan sumbangan untuk memahami secara mendalam masalah-masalah yang berhubungan dengan nilai. ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Moral adalah sistem nilai (sesuatu yang dijunjung tinggi) yang berupa ajaran (agama) dan paham (ideologi) sebagai pedoman untuk bersikap dan bertindak baik yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Jadi hubungan antara ilmu dan moral adalah sangat erat bahwa setiap usaha manusia untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman dari berbagai segi harus berpedoman pada ajaran agama dan paham ideologi dalam bersikap dan bertindak.

Tanggung jawab ilmuwan di masyarakat adalah suatu kewajiban seorang ilmuwan untuk mengetahui masalah sosial dan cara penyelesaian permasalahan sosial tersebut. Seorang ilmuwan mempunyai tanggung jawab sosial, bukan saja karena dia adalah warga masyarakat yang kepentingannya terlibat secara langsung di masyarakat namun yang lebih penting adalah karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup bermasyarakat. Fungsinya selaku ilmuwan tidak berhenti pada penelaahan dan keilmuan secara individual namun juga ikut bertanggung jawab agar produk keilmuan sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.


4

DAFTAR PUSTAKA

Suriasumantri, Jujun S.2007.Filsafat Ilmu.Jakarta:Pustaka Sinar

Harapan

Salam, Burhanuddin.2000.Sejarah Filsafat Ilmu dan

Teknologi.Jakarta:PT.Rineka Cipta

Jasin, Maskoeri.1988.Ilmu Alamiah Dasar.Surabaya:PT.Bina Ilmu

Sztompku, Piotr. 1993.Perubahan Sosial.Jakarta:Prenada Media Group



[1] Piotr Sztompku “Perubahan Sosial” Prenada Media Group, Jakarta, 1993. Hal,18

[2] Jujun S. Suriasumantri “Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer” Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2007. hal,246

[3] Drs. Burhanuddin Salam, M.M. ”Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi” Rineka Cipta, Jakarta, 2007. Hal, 238-239

[4] Drs. Maskoeri Jasin “Ilmu Alamiah Dasar”PT Bina Ilmu, Surabaya, 1988. Hal, 155-156

[5] Drs. Burhanuddin Salam, M.M.Ibid.hal.248

0 comments:

Post a Comment