Saturday, 29 October 2011

ISD/ Agama Dan Masyarakat

MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR

TENTANG

AGAMA DAN MASYARAKAT


Disusun Oleh :

Elfi Rahmayani ( 1121040173 )

Zikri Wahyudi ( 1121040176 )

Jumadi ( 1121040179 )

FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG

2011/2012



KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul "Agama dan Masyarakat" tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Penyusun



BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah

Kaitan agama dengan masyarakat banyak di buktikan oleh pengetahuan agama yang meliputi penulisan sejarah dan figure nabi dalam mengubah kehidupan social, argumentasi rasional tentang arti dan hakikat kehidupan, tentang Tuhan dan keasadaran akan maut menimbulkan religi, dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, agama merupakan tempat mencari makna hidup yang final dan ultimate. Kemudian pada urutannya agama yang diyakininya merupakan sumber motivasi tindakan individu dalam hubungan sosialnya, dan kembali kepada konsep hubungan agama dengan masyarakat, dimana pengalaman keagamaan akan terefleksikan pada tindakan social, dan individu dengan masyarakat yang seharusnya tidak bersifat antagonis. Permasalahan-permasalahan tersebutlah yang mendorong kami untuk mengangkat tema “Agama dan Masyarakat”. Karena kami menyadari dan ingin mempelajari lebih dalam tentang keberadaan serta fungsi dan peranan Agama dalam kehidupan masyarakat.

BAB II

PEMBAHASAN


A. AGAMA DAN MASYARAKAT

Secara sederhana, pengertian agama dapat dilihat dari sudut kebahasaan (etimologis) dan sudut istilah (terminologis). Mengartikan agama dari sudut istilah kebahasaan akan terasa lebih mudah dari pada mengartikan agama dari sudut istilah karena pengertian agama dari sudut istilah ini sudah mengandung muatan subyektivitas dari orang yang mengartikannya. Sedangkan dari segi bahasa dapat kita ikuti antara lain uraian yang diberikan Harun Nasution. Menurutnya, bahwa agama bersifat secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi lainnya.

Kaitan agama dengan masyarrakat banyak dibuktikan oleh pengetahuan agama yang meliputi penulisan sejarah dan figur nabi dalam mengubah kehidupan sosial,argumentasi rsional tentang arti dan hakikat kehidupan.

Bukti tersebut membuktikan bahwa agama merupakan tempat mencari makna hidup yang final dan ultimate. Kemudian pada urutannya agama yang diyakininya merupakan sumber motivasi tindakan individu dalam hubungan sosialnya, dan kembali kepada konsep hubungan agama dengan masyarakat, di mana pengalaman keagamaan akan terefleksikan pada tindakan sosial, dan individu dengan masyarakat yang seharusnya tidak bersifat antagonis.

Peranan agama dalam kehidupan sosial menyangkut dua hal yang sudah tentu berhubungan erat, memiliki aspek-aspek yang terpelihara. Yaitu pengaruh dari cita-cita agama dan etika agama dalam kehidupan individu dari kelas sosial dan grup sosial, perseorangan dan kolektivitas. Organisasi dan fungsi dari lembaga agama sehingga agama dan masyarakat itu terwujud kolektivitas ekspresi nilai-nilai kemanusiaan, yang mempunyai seperangkat arti mencakup perilaku sebagai pegangan individu (way of life) dengan kepercayaan dan taat kepada agamanya. Agama sebagai suatu sistem mencakup individu dan masyarakat, seperti adanya emosi keagamaan, keyakinan terhadap sifat faham, ritus dan upacara, serta umat atau kesatuan sosial yang terikat dalam agamanya.

B. FUNGSI AGAMA

Untuk mendiskusikan fungsi agama dalam masyarakat ada tiga aspek penting yang perlu dipelajari, yaitu kebudayaan, system social dan kepribadian. Ketiga aspek tersebut merupakan kompleks fenomena social terpadu yang pengaruhnya dapat diamati dalam perilaku manusia. Sehingga timbul pertanyaan, sejauh mana fungsi lembaga agama dalam memelihara system, apakah lembaga agama terhadap kebudayaan sebagai suatu system, dan sejauh mana agama mempertahankan keseimbangan pribadi dalam melakukan fungsinya.

Sebagai kerangka acuan penelitian empiris, teori fungsional memandang masyarakat sebagai suatu lembaga social yang seimbang. manusia memolakan kegiatannya menurut norma yang berlaku umum, peranan serta statusnya. Lembaga yang demikian kompleks ini secara keseluruhan merupakan system social, dimana setiap unsure dari kelembagaan itu saling tergantung dn menentukan semua usur lainnya. Perubahan salah satu unsure akan mempengaruhi unsure lainnya serta mempengaruhi kondisi sistem secara keseluruhan.

Teori fungsional dalam melihat kebudayaan adalah, bahwa kebudayaan itu berwujud suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan system social yang terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia-manusia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain, setiap saat mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakua, bersifat kongkrit terjadi di sekeliling.

Teori fungsional kepribadian dalam hal ini merupakan suatu dorongan, kebutuhan yang kompleks, kecenderungan bertindak dan memberikan dorongan, kebutuhhan yang kompleks, kecenderungan bertindak, dan memberikan tanggapan serta nilai dan sebagainya yang sistematis.

Teori fungsionalisme melihat agama sebagai penyebab social yang dominan dalam terbentuknya lapisan social, perasaan agama, dan termasuk konflik social. Agama dipandang sebagai lembaga social yang menjawab kebutuhan mendasar yang dapat dipenuhi kebutuhan nilai-nilai duniawi.

Fungsi agama dalam pengukuhan nilai-nilai, bersumber pada kerangka acuan yang bersifat sacral, maka normanya pun dikukuhkan dengan sanksi-sanksi sakral.

Fungsi agama dibidang sosial adalah sebagai bidang penentu, dimana agama menciptakan suatu ikatan bersama , baik diantara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban social yang membantu mempersatukan mereka. fungsi agama sebagai sosialisasi individu ialah individu, pada saat dia tumbuh menjadi dewasa, memerlukan suatu system nilai sebagai tuntunan umum untuk mengarahkan aktivitasnya dalam masyarakat, dan berfunsi sebagai tujuan akhir pengmbangan kepribadiannya.

Masalah fungsionalisme agama dapat dianalisis lebih mudah pada komitmen agama. Dimensi komitmen agama, menurut Roland Robetson (1984), diklasifikasikan berupa keyakinan, praktek, pengalaman, pengetahuan, dan konsekuensi.

a. Dimensi keyakinan mengandung perkiraan atau harapan bahwa orang yang religius akan menganut pandangan teologis tertentu.

b. Praktek agama mencakup perbuatan-perbuatan pemujaan

c. Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta

d. Dimensi pengetahuan dikaitkan dengan perkiraan, bahwa orang-orang yang bersikap religius akan memiliki informasi tentang ajaran-ajaran pokok keyakinan dan upacara keagamaan, kitab suci dan tradisi keagamaan.

e. Dimensi yang mengidentifikasi pengaruh-pengaruh kepercayaan, praktek dan pengalaman.


C . PELEMBAGAAN AGAMA

Agama begitu universal (langgeng), dan mengatur dalam kehidupan, sehingga bila tidak memahami agama, akan sukar memahami masyarakat. hal yang diperlukan dalam memahami agama adalah, apa dan mengapa agama ada, unsur-unsur dan bentuknya serta fungsi dan struktur agama.

Bermula dari para ahli agama yang mempunyai pengalaman agama dan adanya fungsi diferensiasi internal dan stratifikasi yang ditimbulkan oleh perkembangan agama, maka tampilah organisasi keagamaan yang terlembaga yang berfungsi sebagai pengelola masalah keagamaan. Seperti misalnya,

· Muhammadiyah, sebuah organisasi social yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan yang menyebarkan pemikiran Muhammad Abduh dari tafsir Al-manar.

· Nadlatul Ulama (NU), yang artinya, “kebangkitan ulama”, menekankan keterkaitan pada Mazhab Syafi’I, dan mengimbangi golongan pembaharu. Semula organisasi ini tidak mempunyai anggaran dasar (tahun 1926), baru setelah tahun 1927 organisasi ini dirumuskan. Kegiatannya selain tertib beragama, juga memperbaiki kehidupan social masyarakat.

D. AGAMA, KONFLIK, DAN INTEGRASI

Agama, dalam kaitannya dengan masyarakat, mempunyai dampak positif berupa daya penyatu (sentripetal), dan dampak negative berupa daya pemecah (sentrifugal).

Perpecahan pun timbul manakala timbul penolakanterhadap pandangan hidup lama atau yang berbeda dengan agama. Perpecahan itu timbul disebabkan oleh klaim agama akan kemutlakan agamanya, dan sering di ekspresikan dalam bentuk-bentuk yang keras dan tanpa kompromi.

Dalam kajian ilmu social, tentang daya pemecah agama ini berkaitan dengan akronim SARA (Suku, Agama,Ras, dan Antar golongan). Tetapi di balik itu semua, demi kajian ilmiah dan kepentingan untuk masa depan, akronim ini tidak perlu ada.daya penyatu dan pemecah berlangsung sejak awal pertumbuhan sampai berkembangnya suatu agama guna mencapai sasaran yang lebih tinggi dengan cara “peningkatan“ dan “intensifikasi” dalam tubuh masyarakat agama. Sasaran yang lebih tinggi ini sampai pada suatu bentuk piramida pemahaman terhadap agama, terwujud suatu kelompok kecil dari kalangan pemeluknya sendiri. Adanya kelompok kecil tersebut, terjalin karena pengalaman keagamaan adanya pendalaman dengan rumusan-rumusan ajaran yang lebih tegas serta pengorganisasian yang ketat.

Mengenai agama dan stratifikasi sosial, pengertiannya terletak pada “kecenderungan keagamaan” masing-masing kelas atau lapisan masyarakat. Agama dan integrasi sosial terwujud dalam ajaran tidak dibenarkan memaksakan keyakinan dan kepercayaannya kepada orang lain yang berbeda keyakinannya.

Mekanisme social lain, selain dari sumber ajaran agama itu sendiri, ialah integrasi social didukung oleh adanya perasaan berkebudayaan satu seperti peringatan hari besar.


BAB III

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kaitan antara agama masyarakat dan sistem religi dibuktikan oleh pengetahuan agama yang meliputi penulisan sejarah dan figur nabi dalam mengubah kehidupan sosial. Pengalaman keagamaan akan terefleksikan pada tindakan sosial dari individu dengan masyarakat merupakan konsep hubungan agama dengan masyarakat. Perlu terlembaganya agama secara benar sangat penting, karena jika agama tidak terlembaga akibatnya keadaan disoganisasi sosial dimana bentuk sosial dan kultur yang telah mapan menjadi hancur.

Peranan agama didalam kehidupan adalah pengaruh dari cita-cita agama dan etika agama dalam kehidupan individu dari kelompok dan grup sosial, perseorangan dan mencakup kebiasaan serta cara semua unsur asing agama.

Fungsi agama mempunyai tiga aspek, yaitu kebudayaan, sistem sosial, dan kepribadian, selain itu agama juga mempunyai beberapa dimensi, yaitu dimensi keyakinan, pengalaman, pengetahuan serta konsekuensi dari komitmen religius yang berbeda. Sedangkan yang telah agama berikan kepada kehidupan contohnya adalah sisitem kredit (masalah ekonomi), dimana sirkulasi sumber kebudayaan dari suatu sistem ekonomi bergantung kepada janji mereka sendiri.





1 comments: