Saturday, 29 October 2011

Perkembangan Pada Masa Dinasti Bani Abbasyah dan Dinasti Umayah

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM

TENTANG

SEJARAH PERKEMBANGAN PADA MASA DINASTI ABBASYAH DAN UMAYAH

Disusun Oleh :

Jumadi ( 1121040179 )

FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG

2011/2012



BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di kala umat manusia dalam kegelapan dn kehilangan pegangan hidupnya, lahirlah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib. Ketika menginjak usia 40 tahun, Nabi Muhammad SAW lebih banyak bertahannuts, yang pada malam 17 Ramadhan / 06 Agustus 610 M di Gua Hiro, datanglah malaikat Jibril dengan membawa wahyu pertama, yaitu surat Al-‘Alaq ayat 1-5. dengan wahyu tersebut beliau telah menjadi rasul pilihan Allah yang bertugas menyampaikan perintah Allah kepada segenap umat manusia. Semasa kerasulannya, beliau banyak membawa pengikut kepada ajaran Allah. Hingga peradaban Islam pun tertanam pada hati segenap umatnya dan dalam lingkungannya.

Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, kekhalifahan dipegang oleh Khulafaur- Rasyidin. Banyak upaya yang dilakukan pada masa-masa tersebut hingga pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Dengan meninggalnya Khalifah Ali bin Abi Thalib, maka bentuk pemerintahan kekhalifahan telah berakhir. Berubahnya bentuk pemerintahan dari khalifah ke dinasti (kerajaan) tidak membuat ajaran Islam berubah pula, melainkan peradabannya mengalami perkembangan yang pesat. Kemudian dilanjutkan dengan bentuk pemerintahan dinasti (kerajaan), yaitu dinasti Bani Umayyah dan dinasti Bani Abbasiyah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskanlah permasalahan yang akan

dibahas dalam makalah ini, guna mempermudah pembahasan makalah ini.

1. Perkembangan kemajuan peradaban Islam pada masa Bani Umayyah dan

Bani Abbasiyah.

2. Kemunduran peradaban Islam pada masa Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah.



BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Peradaban Islam pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah

1. Perkembangan Pada Masa Bani Umayyah

Dinasti Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayyah. Muawiyah dapat menduduki kursi kekuasaan dengan berbagai cara, siasat, dan tipu muslihat yang licik, bukan atas dasar demokrasi yang berdasarkan atas hasil pilihan umat Islam.1 Dengan demikian, berdirinya dinasti ini bukan berdasarkan hukum musyawarah.

Dinasti Bani Umayyah berdiri selama ± 90 tahun (40 – 132 H / 661 – 750 M), dengan Damaskus sebagai pusat pemerintahannya. Dinasti Umayyah sangat bersifat Arab Orientalis, artinya dalam segala hal dan segala bidang para pejabatnya berasal dari keturunan Arab murni, begitu pula dengan corak peradaban yang dihasilkan pada masa dinasti ini. Pada masa pemerintahan dinasti ini banyak kemajuan, perkembangan, dan perluasan daerah yang dicapai, terlebih pada masa pemerintahan Khalifah Walid bin Abdul Malik (86 – 96 H / 705 – 715 M).

Pada masa awal pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan ada usaha memperluas wilayah kekuasaan ke berbagai daerah, seperti ke India dengan mengutus Muhallab bin Abu Sufrah, dan usaha perluasan ke Barat ke daerah Byzantium di bawah pimpinan Yazid bin Muawiyah. Selain itu juga diadakan perluasan wilayah ke Afrika Utara. Juga mengerahkan kekuatannya untuk merebut pusat-pusat kekuasaan di luar jazirah Arab, antara lain kota Konstantinopel.

Adapun alasan Muawiyah bin Abi Sufyan untuk terus berusaha Byzantium.

Pertama, Byzantium merupakan basis kekuatan agama Kristen Ortodoks, yang pengaruhnya dapat membahayakan perkembangan Islam. Kedua, orang-orang Byzantium sering mengadakan pemberontakan ke daerah Islam. Ketiga, termasuk wilayah yang mempunyai kekayaan yang melimpah.2

Walaupun keadaan dalam negeri bisa diatasi pada beberapa periode, akan tetapi pada masa-masa tertentu seringkali dapat membahayakan keadaan pemerintah itu sendiri. Pada masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan (65 – 86 H / 685 – 705 M) keadaan dalam negeri boleh dibilang teratasi. Begitu juga pada masa Khalifah Walid bin Abdul Malik (86 – 96 H / 705 – 715 M), keadaan dapat teratasi. Dengan keadaan yang demikian itu, kemajuan peradaban dapat dicapai, terutama dalam bidang politik kekuasaan.

Khalifah Walid bin Abdul Malik berusaha memperluas daerahnya menuju Afrika Utara, yaitu ke Maghrib Al-Aqsha dan Andalusia. Dengan kegigihan dan keberanian panglima perang Musa bin Nushair, wilayah tersebut dapat dikuasai sehingga ia diangkat sebagai gubernur Afrika Utara. Musa bin Nushair juga mengutus Tharif bin Malik untuk mengintai keadaan Andalusia yang dibantu oleh Julian. Keberhasilan dalam hal ini membuka peluang bagi Musa bin Nushair untuk melakukan langkah berikutnya dengan mengirim Thariq bin Ziyad menyeberangi lautan guna merebut daerah Andalusia. Tepat pada 711 M, Thariq bin Ziyad mendarat di sebuah selat, yang kini selat tersebut diberi nama dengan namanya, yakni Selat Jabal Thariq atau Selat Giblaltar.

Keberhasilan Thariq bin Ziyad memasuki Andalusia membuat peta perjalanan sejarah baru bagi kekuasaan Islam. Sebab, satu persatu wilayh yang dilewatinya dapat dengan mudah jatuh ke tangannya, seperti kota Cordova, Granada, dan Toledo. Sehingga Islam dapat tersebar dan menjadi agama panutan bagi penduduknya, walaupun tidak semua penduduk Andalusia masuk Islam. Tidak hanya itu, Islam menjadi sebuah agama yang mampu memberikan motifasi para pemeluknya untuk mengembangkan diri dalam berbagai bidang kehidupan sosial, politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya. Andalusia pun mencapai kejayaan pada masa pemerintahan Islam.

2. Kemajuan-Kemajuan yang Dicapai

Pertama, Bani Umayyah berhasil memperluas daerah kekuasaan Islam ke berbagai penjuru dunia, seperti Spanyol, Afrika Utara, Suria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebagian kecil Asia, Persia, Afghanistan, Pakistan, Rukhmenia, Uzbekistan dan Kirgis.3

Kedua, Islam memberikan pengaruh bagi kehidupan masyarakat luas. Sikap fanatik Arab sangat efektif dalam membangun bangsa Arab yang besar sekaligus menjadi kaum muslimin atau bangsa Islam. Setelah pada saat itu bangsa Arab merupakan prototipikal dari bangsa Islam sendiri.4

Ketiga, telah berkembang ilmu pengetahuan secara tersendiri dengan masing- masing tokoh spesialisnya. Antara lain, dalam Ilmu Qiro’at (7 qiro’at) yang terkenal yaitu Ibnu Katsir (120H), Ashim (127H), dan Ibnu Amr (118H).5 Ilmu Tafsir tokohnya ialah Ibnu Abbas (68H) dan muridnya Mujahid yangpertama kali menghimpun tafsir dalam sebuah suhuf, Ilmu Hadits dikumpulkan oleh Ibnu Syihab Az-Zuhri atas perintah Umar bin Abdul Aziz, tokohnya ialah Hasan Al-Basri (110H), Sa’id bin Musayyad, Rabi’ah Ar-Ra’iy guru dari Imam Malik, Ibnu Abi Malikah, Sya’bi Abu Amir bin Syurahbil. Kemudian Ilmu Kimia dan Kedokteran, Ilmu Sejarah, Ilmu Nahwu, dan sebagainya.

Keempat, perkembangan dalam hal administrasi ketatanegaraan, seperti adanya Lembaga Peradilan (Qadha), Kitabat, Hajib, Barid dan sebagainya

B. Perkembangan Pada Masa Bani Abbasiyah

Daulah Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H / 750 M, Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan daulah Umayyah yang telah hancur di Damaskus. Dinamakan Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini merupakan keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah di samping bercorak Arab murni, juga terpengaruh dengan corak pemikiran dan peradabanPersia, Romawi Timur, Msir, dan sebagainya. Juga dinasti Abbasiyah ini sistem

politiknya lebih bersifat demokratis dari pada dinasti Umayyah yang Orientalis.

Pada masa pemerintahan Khalifah Al-Mahdi (158 – 169 H / 775 – 785 M), dinasti Abbasiyah memperluas kekuasaan dan pengaruh Islam ke wilayah Timur Asia Tengah, dari perbatasan India hingga ke China. Saat itu umat Islam berhasil memasuki selat Bosporus, sehingga membuat Ratu Irene menyerah dan berjanji membayar upeti. Pada masa dinasti ini pula wilayah kekuasaan Islam sangat luas yang meliputi wilayah yang telah dikuasai Bani Umayyah, antara lain Hijjaz, Yaman Utara dan Selatan, Oman, Kuwait, Iran (Persia), Irak, Yordania, Palestina, Libanon, Mesir, Tunisia, Al-Jazair, Maroko, Spanyol, Afghanistan, dan Pakistan. Juga mengalami perluasan ke daerah Turki, wilayah-wilayah Armenia dan daerah sekitar Laut Kaspia, yang sekarang termasuk wilayah Rusia. Wilayah bagian Barat India dan Asia Tengah, serta wilayah perbatasan China sebelah Barat.

1. Kemajuan-Kemajuan dan Perkembangan yang Dicapai

Secara garis besar ada 2 faktor penyebab tumbuh dan berkembangnya peradaban Islam, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dalam ajaran Islam bahwa ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits, memiliki kekuatan yang luar biasa yang mampu memberikan motifasi bagi para pemeluknya untuk mengembangkan peradabannya.

Sedangkan faktor eksternalnya, yaitu ajaran yang merupakan proses sejarah umat Islam di dalam kehidupannya yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran Islam. Faktor penyebab tersebut adalah semangat Islam, perkembangan organisasi ketatanegaraan, perkembangan ilmu pengetahuan, dan perluasan Islam.6

2. Bentuk-Bentuk Peradaban Islam dan Tokoh-Tokohnya

a. Kota-Kota Pusat Peradaban

1) Kota Baghdad, merupakan ibu kota negara kerajaan Abbasiyah yang didirikan oleh Khalifah Abu Ja’far Al-Mansur (754 – 775 M) pada tahun 762 M. kota ini terletak di tepian sungai Tigris. Masa keemasan kota Baghdad. terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid (786 – 809 M), dan anaknya Al-Makmun (813 – 833M).

2) Kota Samarra, letaknya di sebelah timur sungai Tigris yang berjarak lebih kurang 60 km dari kota Baghdad. Di kota ini terdapat 17 istana mungil yang menjadi contoh seni bangunan Islam di kota-kota lain.7

b. Bangunan Tempat Pendidikan dan Tempat Peribadatan

1) Madrasah. Ada banyak madrasah, madrasah yang terkenal pada zaman itu adalah Nizamiyyah, yang didirikan oleh Nizam Al-Mulk, seorang perdana menteri pada tahun 456 – 486 H. Madrasah ini terdapat di banyak kota, antara lain di Baghdad, Isfahan, Nisabur, Basrah, Tabaristan, Hara, dan Musol.

2) Kuttab, yaitu sebagai lembaga pendidikan dasar dan menengah.

3) Majlis Muhadharah sebagai tempat pertemuan dan diskusi para

ilmuan.

4) Darul-Hikmah sebagai perpustakaan

5. Masjid-masjid sebagai tempat beribadah dan sebagai tempat pendidikan tingkat tinggi dan takahsush. Di antara masjid yang terkenal adalah masjid Cordova, masjid Ibnu Touloun, masjid Al-Azhar, dan sebagainya.

c. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Tokoh-Tokohnya

1) Filsafat, para tokoh filosuf pada masa itu adalah : Abu Ishak Al- Kindi, Abu Nashr Al-Faraby, Ibnu Sina, Ibnu Bajah, Ibnu Thufail, Al-Ghazali, dan Ibnu Rusydi.

2) Ilmu Kedokteran : Abu Zakaria Yuhana bin Masiwaih, Sabur bin

Sahal, Abu Zakaria Ar-Razy, dan Ibnu Sina.

3) Matematika, ahli matematika Islam yang terkenal ialah Al- Khawarizmi, seorang yang menemukan angka nol (0), sedangkan angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 0, disebut juga “Angka Arab”

4. Farmasi dan Kimia, di antara para ahli farmasi dan kimia pada

masa pemerintahan dinasti Abbasiyah adalah Ibnu Baithar.

5) Ilmu Perbintangan : Abu Mansur Al-Falaky, Jabir Al-Batany, dan Rayhan Al-Bairuny.

6) Ilmu Tafsir (Tafsir Al-Ma’tsur : Ibnu Jarir Ath-Thabari, Ibnu ‘Athiyah Al-Andalusy, As-Sudai, Muqatil bin Sulaiman; dan Tafsir bir-Ra’yi : Abu Bakar Asam, Abu Muslim Muhammad bin Bahar Isfahany, dan Abu Yunus Abdussalam).

7) Ilmu Hadits : Imam Abu Abdullah Muhammad bin Abi Al-Hasan Al-Bukhari (Imam Bukhari), Imam Abu Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qushairy An-Naishbury (Imam Muslim), Ibnu Majah, Abu Dawud, An-Nasa’i.

8) Ilmu Kalam, di antara aliran ilmu kalam yang berkembang adalah Jabariyah, Qadariyah Mu’tazilah, dan Asy’ariyah. Para pelopornya adalah Jahm bin Sofwan, Ghilan Al-Dimisyqi, Wasil bin ‘Atha’, Al-Asy’ari, dan Imam Ghazali.

9) Ilmu Bahasa : Sibawaih, Al-Kisai, dan Abu Zakaria Al-Farra

d. Kemunduran Peradaban Islam pada Masa Bani Umayyah dan Bani

Abbasiyah

1. Kemunduran Pada Masa Bani Umayyah

Ada 7 faktor penyebab kemunduran kekuasaan Bani Umayyah, yaitu :9

a. Persoalan suksesi kekhalifahan

b. Sikap glamor penguasa

c. Perlawanan kaum Khawarij

d. Perlawanan dari kelompok Syi’ah

e. Meruncingnya pertentangan etnis

f. Timbulnya stratifikasi sosial

g. Munculnya kekuatan baru.

Sedangkan kemunduran atau bahkan kehancuran peradaban Islam pada masa

Bani Umayyah ini oleh karena 2 sebab, yaitu :

a. Hancurnya kekuasaan Islam di Andalusia dan rendahnya semangat para

ahli dalam menggali budaya Islam

Kehancuran kekuasaan Islam di Andalusia pada 1492 M berdampak buruk terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Para ahli tidak banyak memiliki motivasi untuk mengkaji ilmu pengetahuan lagi. Karena mereka sudah merasa putus asa skibat serangan yang dilakukan oleh para penguasa Kristen, dan tindakan para penguasa tersebut terhadap peninggalan peradaban Islam di Andalusia, seperti penghancuran pusat-pusat peradaban Islam dan sebagainya.

Terlebih lagi banyak para ahli ilmu pengetahuan Islam banyak yang tewas dibantai oleh tentara Kristen di Spanyol, sehingga peristiwa itu sangat membekas dalam benak mereka. Akibatnya, banyak di antara para ilmuwan Islam yang punya andil besar dalam pembentukan peradaban Islam di Andalusia, melarikan diri ke wilayah Afrika Utara. Dalam situasi ini, Barat Kristen terus berusaha membangun kepercayaan diri untuk mengembangkan peradaban Eropa, sehingga bangsa Barat mencapai kejayaannya.

b. Banyaknya orang Eropa yang menguasai ilmu pengetahuan dari Islam

Di lembaga-lembaga pendidikan tinggi, tidak hanya orang-orang Islam yang diberikan kesempatan mempelajari ilmu pengetahuan, tetapi juga kesempatan itu diberikan kepada semua orang, termasuklah orang-orang Kristen Barat yang tertarik untuk mempelajari ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh umat Islam.

Ketertarikan karena metode ilmiah Islam, seorang pendeta Kristen Roma anggota Ordo Fransiskan dari Inggris bernama Roger Bacon (1214 – 1292 M) datang belajar bahasa Arab di Paris antara tahun 1240 – 1268 M. Melalui kemampuan bahasa Arab dan bahasa Latinnya itu, ia dapat membaca naskah asli dan terjemahan berbagai ilmu pengetahuan, terutama ilmu pasti. Buku-buku asli dan terjemahan dibawanya ke Inggris pada Universitas Oxford, lalu diterjemahkannya dengan menghilangkan nama pengarang aslinya, yang kemudian dikatakannya sebagai hasil karyanya sendiri. Sejak saat itulah mulai banyak bermunculan orang Eropa yang menterjemahkan buku-buku yang dikarang oleh tokoh-tokoh Islam sebagai hasil karyanya sendiri.

2. Kemunduran Pada Masa Bani Abbasiyah

Di antara sebab-sebab kehancuran dinasti Abbasiyah adalah :

a. Melebihkan bangsa asing daripada bangsa Arab.

b. Kebijakan ganda Harun Ar-Rasyid yang telah mewasiatkan tahta khalifah kepada dua anaknya (Al-Amin dan Al-Makmun) yang ketika itu menjabat gubernur Khurasan.

c. Pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh para oposan seperti pemberontakan orang-orang Arab, Syi’ah, Khawarij, intern keluarga Abbasiyah dan sebagainya.

d. Ketergantungan kepada tentara bayaran.

e. Timbulnya kerajaan-kerajaan kecil yang bebas dari kekuasaan Bani Abbasiyah, seperti dinasti Idrisiyah di Maroko, dinasti Aghlabiyah, dinasti Thuluniyah, dinasti Ikhsyidi, dinasti Hamdaniyah, dan dinasti Thahiriyah.

f. Penyerangan bangsa Mongol (Tartar) yanng dipimpin oleh Hulaku Khan pada 1258 M, khalifah dan keluarganya dibunuh serta ia mengumumkan secara sepihak berakhirnya pemerintahan Bani Abbasiyah di Baghdad.

Sedangkan kemunduran / kehancuran peradaban Islam pada masa dinasti

Abbasiyah disebabkan oleh :

a. Hancurnya kerajaan Islam oleh serangan bangsa Mongol.

Selama ± 40 hari kota Baghdad dikepung pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulaku Khan. Sehingga sejak bulan Februari 1258 M kota Baghdad sepenuhnya berada di bawah kekuasaan Hulaku. Sebagian kecil keluarga khalifah berhasil melarikan diri ke Mesir. Jatuhnya Baghdad ke tangan bangsa

Mongol bukan saja mengakhiri kekuasaan khalifah Abbasiyah, tetapi juga

merupakan awal dari masa kemunduran politik peradaban Islam.

Hal itu karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Mongol. Kemudian pasukan Mongol banyak melakukan penyerangan ke daerah kekuasaan Islam dan menguasainya, seperti Syria Utara, dengan melakukan hal yang sama sebagaimana pada Baghdad.

b. Hancurnya kehidupan dan ekonomi masyarakat karena perang

berkepanjangan.

Kerugian besar yang ditimbulkan akibat peperangan yang berkepanjangan, terjadi pada masa perang Salib. Peperangan ini memakan waktu selama ± 2 abad (1096 – 1297 M). Perang tersebut banyak menguras anggaran belanja negara, dan perekonomian nasional secara keseluruhan. Jika uang tersebut dimanfaatkan secara baik, dalam artian bukan untuk peperangan, maka dapat dipastikan kesejahteraan rakyat akan terjamin.

c. Kuatnya pengaruh paham sufi dan taqlid10

Ilmu tasawuf merupaka ilmu hakikat yang pada intinya mengajrkan penyerahan diri kepada Tuhan, meninggalkan kesenangan dunia, dan hidup menyendiri untuk beribadah kepada Allah. Ilmu ini banyak berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Islam setelah serangan bangsa Mongol dan hancurnya pusat peradaban Islam di Baghdad. Praktik Tasawuf mereka banyak yang telah terpangaruh dengan praktik mistik ajaran agama lain, sehingga di sana ditemukan adanya penyimpangan ajaran. Begitu pula soal Taqlid. Karena masyarakat Islam tidak mau berijtihad lagi, akhirnya terikat dengan ajaran para tokoh sebelumnya dan bertaqlid buta.

BAB III

KESIMPULAN

Bani Umayyah Pada masa dinastiBani Umayyah, peadaban Islam mengalami perkembangan/kemajuan, yaitu :

1. Berhasil dalam memperluas daerah kekuasaan Islam ke berbagai penjuru dunia, seperti Spanyol, Afrika Utara, Suria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebagian kecil Asia, Persia, Afghanistan, Pakistan, Rukhmenia, Uzbekistan dan Kirgis.

2. Islam mempengaruh kehidupan masyarakat luas.

3. Ilmu pengetahuan, antara lain Ilmu Qiro’at, Ilmu Tafsir, Ilmu

Hadits, Ilmu Kimia dan Kedokteran, Ilmu Sejarah, Ilmu Nahwu, dan sebagainya.

4. Administrasi ketatanegaraan, seperti adanya Lembaga Peradilan (Qadha), Kitabat, Hajib, Barid dan sebagainya.

Sedangkan kemunduran Bani Umayyah oleh karena : persoalan suksesi kekhalifahan, sikap glamor penguasa, perlawanan kaum Khawarij, perlawanan dari kelompok Syi’ah, meruncingnya pertentangan etnis, timbulnya stratifikasi sosial, dan munculnya kekuatan baru. Hal tersebut membuat kemunduran pula pada peradaban Islam, seperti :

1. Hancurnya kekuasaan Islam di Andalusia dan rendahnya semangat para ahli dalam menggali budaya Islam.

2. Banyaknya orang Eropa yang menguasai ilmu pengetahuan dari Islam.

Bani Abbasiyah

Sedangkan pada masa dinasti Bani Abbasiyah, peradaban Islam yang berkembang

Adalah :

1. Baghdad dan Samarra menjadi kota pusat peradaban Islam.

2. Pendirian bangunan pendidikan dan peribadatan, seperti madrasah, masjid, Kuttab, Majlis Muhadharah, dan perpustakaan.

3. Ilmu pengetahuan, antara lain : filsafat, kedokteran, matematika, farmasi dan kimia, perbintangan, tafsir, hadits, kalam, dan ilmu bahasa.

Sedangkan kemunduran/kehancuran yang terjadi pada masa Bani Abbasiyah adalah :

1.Hancurnya kerajaan Islam oleh serangan bangsa Mongol.
2. Hancurnya kehidupan dan ekonomi masyarakat karena perang berkepanjangan.
3. Kuatnya paham sufi dan taqlid

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Arnold, Thomas. 1983. Sejarah Dakwah Islam. Jakarta: Wijaya.
Fadlali, Ahmad, dkk. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Pustaka Asatruss.
Hasyimi, A. 1995. Sejarah Peradaban Islam – Cetakan V. Jakarta: Bulan Bintang.
Mufrodi, Ali. 1997. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Logos.
Murodi. 2003. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Nasution, Harun. 1985. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya – Jilid I Cetakan V. Jakarta:

UI Press

0 comments:

Post a Comment